Selasa, 18 Oktober 2016

Dewa Rezeki Cai Shen

Inilah 8 Dewa Rezeki Cai Shen Yang Dipercaya Etnis Tionghoa

 
Dewa Rezeki Cai Shen
Masyarakat Tiongkok dan perantauannya, termasuk yang ada di Indonesia (Tionghoa) pada umumnya mempercayai adanya Dewa Rezeki (Hanzi : 财神; Pinyin : Cáishén) yang bertugas untuk memberikan harta dan kekayaan kepada umat manusia. Hal ini dapat dilihat pada setiap perayaan Tahun Baru Imlek; dimana terdapat banyak simbol pernak-pernik yang berkaitan dengan Dewa Rezeki (tampak ilustrasi diatas), seperti Angpao dan Kimpo (uang emas tiruan; 金元寶; Jin yuanbao). Banyaknya kelenteng yang terdapat patung Dewa Rezeki juga menandakan betapa pentingnya Dewa Rezeki dalam kehidupan masyarakat Tionghoa.

Umumnya kita hanya tahu bahwa Dewa Rezeki itu adalah Zhao Gongming. Zhao Gong Ming terkenal di kalangan masyarakat yang tinggal di negara-negara Asia seperti Singapura, Malaysia, dan Indonesia, tetapi tidak populer di kalangan masyarakat negara Barat. Padahal Chai Shen itu hanya sebutan atau gelar Nya saja; dan terdapat banyak Dewa Rezeki (bukan hanya 1). Dewa Rezeki ini merupakan tokoh-tokoh yang pernah hidup pada zaman dulu dan dapat ditelusuri riwayat sejarahnya. Mereka merupakan tokoh terkenal dan memiliki pengaruh pada zaman pemerintahan kekaisaran Tiongkok kuno. Umumnya Dewa Rezeki dapat digolongkan menjadi 2, yaitu :

Dewa Rezeki Militer, yang disebut dengan Wu Cai Shen (武财神)

1. Guan Gong (关公)
Dewa Guan GongGuan Gong (关公) atau Guan Yun Chang (关云长) adalah seorang Jenderal perang yang hidup pada masa Tiga Kerajaan Samkok. Beliau merupakan penduduk asli kabupaten Hedong (sekarang Jiezhou) di propinsi Shanxi. Guan Gong merupakan lambang dari kesetiaan dan bakti kepada Negara. Pada masa tersebut, Guan Gong pernah menjabat Gubernur Provinsi Jing Zhou. Pada saat pemerintahaannya, wilayah Jing Zhou berkembang dengan pesat dan rakyatnya hidup makmur dan sejahtera serta tidak pernah berkekurangan.
Disamping dipuja sebagai lambang kesetiaan dan kejujuran, Kwan Kong juga dipuja sebagai Dewa Pelindung Perdagangan, Dewa Pelindung Kesusastraan dan Dewa Pelindung rakyat dari malapetaka peperangan yang mengerikan. Julukan Dewa Perang sebagai umumnya dikenal dan dialamatkan kepada Kwan Kong, harus diartikan sebagai Dewa untuk menghindarkan peperangan dan segala akibatnya yang menyengsarakan rakyat, sesuai dengan watak Kwan Kong yang budiman.
Bagi pedagang, Guan Gong dipercaya dapat melindungi mereka dalam berbisnis terutama dalam perjalanan bisnis sehingga bebas dari penyamun dan malapetaka. Sebagai Dewa yang dipercaya dapat memberikan perlindungan, rupang yang digunakan pada altar adalah yang dalam posisi siaga memegang senjata Guan dao. Oleh karena itu Guan Gong dikenal sebagai salah satu Dewa Rezeki Militer atau Wu Cai Shen (武财神).

2. Zhao Gong Ming (赵公明)
Dewa Rezeki Zhao Gong Ming Tionghoa
Diantara Dewa-Dewa Rezeki yang dikenal oleh etnis Tionghoa, yang paling umum adalah Dewa Rezeki Zhao Gong Ming (赵公明). Beliau merupakan salah satu dari Wu Lu Cai Shen yang selalu tampil pada setiap perayaan Tahun Baru Imlek. Beliau juga sering disebut ‘Dewa Kabar Baik’ karena dapat memberikan kebahagiaan pada orang-orang. Zhao Gong Ming selalu membantu semua manusia berbudi luhur dan rajin yang sedang mengalami kesulitan sehingga menjadi berbahagia. Itulah sebabnya dirinya disebut Dewa Rejeki. Hari kebesaran Nya diperingati setiap tanggal 15 bulan 3 Imlek. Sebagai Dewa Harta Militer, Zhao Gong Ming sering ditampilkan sebagai seorang panglima perang berwajah bengis dengan pakaian perang lengkap, satu tangan menggenggam ruyung sementara tangan yang lain membawa sebongkah emas, serta menduduki seekor harimau. Penggambaran ini berdasarkan cerita buku Dewa-Dewi Feng Shen Bang (封神榜). Beliau merupakan pemimpin dari Wu Lu Cai Shen (五路財神) atau Dewa Harta Lima Penjuru. Beliau bersama empat pengiringnya yang lain sering di visualisasikan secara bersama-sama dalam bentuk gambar lukisan dan patung. Dewa Wu Lu Cai Shen 

3. Wu Lu Cai Shen (五路財神) 

Wu Lu Cai Shen dikenal sebagai Dewa Harta Lima Penjuru. Zhao Gong Ming mempunyai empat pengiring yang disebut Cai Shen Shi Zi (財神使者) atau Duta Dewa Kekayaan. Dia bersama keempat pengiringnya itu sering di visualisasikan secara bersama-sama dalam bentuk lukisan gambar dan patung. ♦ Dong Lu Caishen (Hanzi : 东路财神), bernama Xiao Sheng (蕭升) adalah Dewa Harta Timur; bergelar Zhao Bao Tian Zun (招宝天尊) atau Dewa Pemanggil Mustika. ♦ Xi Lu Caishen (Hanzi : 西路财神), bernama Cao Bao (震寳) adalah Dewa Harta Barat; bergelar Na Zhen Tian Zun (纳珍天尊) atau Dewa Pengumpul Benda Berharga. ♦ Nan Lu Cai Shen (Hanzi : 南路财神), bernama Chen Jiu Gong (陳九公) adalah Dewa Harta Selatan; bergelar Hao Chai Shi Zhe (招财使者) atau Dewa Pemanggil Kekayaan. ♦ Bei Lu Cai Shen (Hanzi : 北路财神), bernama Yao Shao Si (姚少司) adalah Dewa Harta Utara; bergelar Li Shi Xian Guan (利市仙官) atau Dewa pemanggil Keuntungan. Selain Zhao Gong Ming, kelimanya tidak pernah dipuja secara terpisah. Hari raya untuk Wu Lu Cai Shen ditetapkan setiap tanggal 5 bulan 1 Imlek. Kisah Dewa Cai Shen (Zhao Gong Ming) yang menceraikan istri Konon dulu Dewa Cai Shen (Zhao Gong Ming) ditemani patung istrinya pada altar kuil-kuil pemujaan. Tetapi kini tidak terdapat lagi patung istrinya itu dikarenakan Cai Shen telah menceraikannya. Kisah tersebut bermula dari seorang pengemis yang datang ke kuil hanya untuk memohon rezeki di altarnya dan tidak mempedulikan dewa-dewa yang lain. Cai Shen melihat bahwa pengemis itu tidak pernah mau bekerja, hanya mengharapkan uluran tangan dari orang-orang yang menaruh belas kasihan kepadanya. Ia berpikir, jika semua orang diberi rezeki begitu saja, dunia akan dipenuhi orang-orang pemalas yang tidak mau bekerja. Namun, pengemis itu hanya beranggapan bahwa Cai Shen sebagai dewa rezeki pastilah banyak kekayaannya. Istri Cai Shen tergerak hatinya. Ia ingin menyadarkan suaminya agar mau berbaik hati membantu si pengemis. Namun Cai Shen tidak bergeming, tetap tidak mau mempedulikan, dan malah mengalihkan pandangannya. Karena tidak memiliki kekuasaan memberi rezeki, istri Cai Shen lalu mencopot anting emasnya dan kemudian melemparkannya kepada si pengemis. Si pengemis mengira bahwa Cai Shen lah yang memberinya rezeki dan mengucapkan terima kasih. Cai Shen sendiri langsung menoleh saat mendengar ada benda yang terjatuh, dan terkejut setelah melihat benda itu adalah anting yang ia gunakan untuk melamar istrinya. Anting tersebut dilemparkan begitu saja kepada si pengemis yang malas; apalagi ternyata diketahui anting tersebut dijual hanya untuk berfoya-foya, bukan sebagai modal usaha. Setelah uang penjualan anting habis, si pengemis kembali ke kuil untuk memohon kepadanya. Zhao pun mengusir istrinya dari altar, dan sejak itu tidak ada lagi orang malas yang memohon kepadanya menjadi kaya raya. Terdapat sebuah syair di Shandong dan Beijing yang kira-kira berbunyi :
“Uangku hanya ada beberapa sen, kamu minta, dia minta. Pagi malam memohon, membuatku menjadi sulit” “Uangku hanya ada beberapa sen, kamu minta, semua meminta. Aku hanya memberi kepada yang rajin dan berbudi luhur”
4. Fu De Zheng Shen (福德正神)
Dewa Fu De Zhen Shen Tu Di Gong

Fu De Zheng Shen ((Hanzi : 福德正神; Hokkian : Hok Tek Cin Sin)) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tu Di Gong atau Dewa Bumi adalah Cai Shen yang paling dikenal oleh semua orang. Fu De Zheng Shen adalah Dewa Bumi atas kemakmuran dan jasa; merupakan salah satu Dewa dalam agama Tao yang sering dianggap sama atau merupakan nama resmi dari Dewa Bumi atau sering disebut Tu Di Gong (土地公). Semasa hidupnya, Beliau merupakan seorang pemimpin yang adil, menciptakan lumbung padi serta mengatur sistem irigasi. Oleh sebab itu, banyak masyarakat mempercayainya sebagai pelindung tempat usaha (wilayah) maupun hasil bumi bagi para pengusaha dan petani. Itulah sebabnya Tu Di Gong juga dipuja sebagai salah satu Dewa Rezeki. Dewa Fu De Zheng Shen digambarkan sebagai seorang pria tua yang tersenyum ramah, berambut serta berjanggut panjang berwana putih, dan seringkali digambarkan dalam posisi duduk. Tidak banyak klenteng yang membedakan antara Fu De Zheng Shen dengan Tu Di Gong. Jika klenteng tersebut membedakan altar untuk keduanya, altar Fu De Zheng Shen selalu berada di atas (sejajar dengan ketinggian altar-altar Dewa-Dewi yang lain), sementara altar Tu Di Gong berada di bawah (hampir sejajar dengan lantai) dan biasanya ditempatkan di bawah altar dewa yang lain. Tu Di Gong sendiri sering juga divisualisasikan (dalam bentuk patung atau lukisan) bersama dengan seorang nenek yang disebut “Tu Di Poo“.
Sumber : www.tionghoa.info

Tidak ada komentar:

Posting Komentar